A.PENGERTIAN SABUN DAN DETERJEN
Sabun adalah surfaktan
yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Surfaktan (surface
acting agent) merupakan senyawa organik
yang dalam molekulnya memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus
hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka
dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut.
Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemu/kontak.
Permukaan yaitu antarmuka dimana satu fasa
kontak dengan gas, biasanya udara. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah
dan bentuk umumnya. Penggunaan
sabun cair juga telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi sehingga mudah
dibawa oleh air bersih. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida)
pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun . Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci (Setiono, 2009).
Deterjen adalah sebuah (atau gabungan beberapa) senyawa, yang
memudahkan proses pembersihan (cleaning). Deterjen
merupakan produk formulasi campuran beberapa bahan kimia, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan membersihkan. Komponen utama dari deterjen pencuci
adalah surfaktan (agent aktif permukaan), seperti Linear Alkyl Benzene
Sulfonate (LAS); dan builders, seperti trinatrium polifosfat (TSPP), trinatrium
fosfat terklorinasi, DEA (dietanolamina), senyawa fosfat kompleks dan natrium
sitrat, natrium aluminosilikat (zeolit). Bahan aditif lainnya seperti alkali, bahan
pengawet, bahan pemutih, pewarna, bahan anti korosif dan enzim.
B. ZAT-ZAT YANG TERKANDUNG DALAM SABUN
DAN DETERJEN
Minyak
dan lemak merupakan bahan utama dalam produksi sabun. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum
trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini
didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat,
sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada
strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya
ikatan ganda dua karbon juga berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam
lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak
sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat,
biasanya adalah lemak. Semua jenis lemak tersusun dari asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol.
Asam-asam lemak yang menyusun lemak juga
dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom
karbon. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka
asam lemak dapat dibedakan atas :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak
dimana dua atom hidrogen terikat pada satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena
atom karbon telah mengikat hidrogen secara maksimal.
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak
tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini,
atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan
rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak jenuh disebut lemah
jenuh.
Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi
pada minyak adalah hidrolisa, hidrogenasi, oksidasi dan safonifikasi,
akan tetapi dalam proses pembuatan sabun, reaksi pada minyak yang paling
berperan adalah reaksi safonifikasi. Proses saponifikasi ini didahului dengan proses hidrolisa trigliserida.
Selanjutnya hasil hidrolisa ini (asam lemaknya) akan membentuk garam asam
lemaknya dengan alkali yang disebut sabun. Sabun yang dibuat dari bahan
sintetis biasanya mengandung delapan unsur. Unsur-unsur itu adalah
sebagai-berikut:
1.
Surfaktan. Merupakan bahan pembuat sabun yang
paling penting. Misalnya lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun
yang berasal dari minyak kelapa, minyak zaitun, atau lemak hewan.
2.
Pelumas. Berguna untuk menghindari rasa kering
pada kulit, membentuk sabun menjadi lunak, menjaga kestabilan busa, dan
berfungsi sebagai peramas. Bahan pelumas bisa didapat dari asam lemak bebas,
fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, coccoa butter dan minyak
almond.
3.
Antioksidans dan Sequestering Agents. Berfungsi
untuk menghindarkan kerusakan lemak, dan untuk mencegah terjadinya efek bau.
Bahan pembuat oksidasi antara lain Stearil Hidrazid dan Butylhydroxi Toluene.
4.
Deodoran. Pemakaian deodorant pada sabun mulai
dilakukan sejak tahun 1950. Tapi untuk menghindari efek sampingannya,
penggunaannya dibatasi.
5.
Pewarna. Penggunaan zat pewarna pada sabun
diperbolehkan sepanjang memenuhi persyaratan atau peraturan yang berlaku. Pada
beberapa jenis sabun ditambahkan unsure titanium dioxsida untuk menimbulkan
efek berkilau pada warna sabun dengan konsentrasi 0,01%. Bahkan ada beberapa
jenis sabun dibuat tanpa warna hingga transparan.
6.
Parfum. Berfungsi sebagai pewangi.
7.
Asam Lemak. Penambahan asam lemak yang lemah
seperti asam sitrat dapat menurunkan derajat pH pada sabun.
8.
Bahan khusus sebagai tambahan. Dewasa ini sudah
banyak sabun yang dibuat untuk keperluan khusus. Misalnya sabun netral yang
mirip sabun bayi dengan konsentrasi dan tujuan yang berbeda.
Adapun Zat-zat yang terdapat dalam deterjen yaitu:
1. Surfaktan yaitu untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan
2. Abrasive untuk menggosok kotoran
3. Substansi untuk mengubah pH yang mempengaruhi
penampilan ataupun stabilitas dari komponen lain
4. Water softener untuk menghilangkan efek kesadahan
5. Oxidants untuk memutihkan dan menghancurkan kotoran
6. Material lain selain surfaktan untuk mengikat kotoran didalam suspensi
7. Enzim untuk mengikat protein, lemak, ataupun
karbohidrat didalam kotoran.
Komponen penting deterjen adalah surfaktan. Fungsi
surfaktan sekali lagi adalah untuk meningkatkan daya pembasahan air sehingga
kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari
kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa
digunakan dalam deterjen adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat,
alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain.
Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat bila dilarutkan dalam
air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif, memiliki daya bersih yang
sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya digunakan untuk pencuci kain
dan pencuci piring). Etoksilat, tidak berubah menjadi partikel yang bermuatan,
busa yang dihasilkan sedikit, tapi dapat bekerja di air sadah (air yang
kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis
kotoran. Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi partikel positif
ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut
(softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif,
netral atau negatif bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini cukup
kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga. Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting
adalah penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder
digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang
terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu,
builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses
pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder
adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium
silikat atau zeolit. Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah
tapi selalu dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara
signifikan dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk
proses pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian
karpet). Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan
jumlah air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting. Dalam
pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting karena dalam
pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap
"memegang" partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan
demikian mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Revolusi terbesar
dalam perkembangan deterjen adalah pemakaian enzim. Enzim sebagai bantuan untuk
mencuci bukanlah suatu hal yang baru lagi untuk dunia industri. Enzim proteolik
telah dicoba sebagai zat aditif untuk mencuci di Jerman pada tahun 1920-an
dengan sukses dan juga di Switzerland pada tahun 1930-an. Enzim, yang disebut
juga dengan katalis organik, cenderung untuk mempercepat reaksi dan enzim
proteolitik dapat mengubah ataupun menghancurkan protein menjadi asam amino
baik sebagian maupun keseluruhan. Cara kerja enzim relatif lambat dan harga
produksinya tinggi, tetapi dengan metode yang telah disempurnakan untuk
produksi dan pemurnian, rantai enzim, dikembangkan untuk bereaksi dengan
cepat.Dalam perkembangannya, deterjen pun makin canggih. Deterjen masa kini
biasanya mengandung pemutih, pencerah warna, bahkan antiredeposisi (NaCMC atau
sodium carboxymethylcellulose).
C. JENIS-JENIS SABUN DAN DETERGEN
1.
Jenis-jenis Sabun
a. Transparant Soap - sabun ‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih
dan cenderung memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena
mempunyai sifat sukar mengering.
b. Castile Soap - sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol
ini memakai olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak memakai
lemak hewani sama sekali.
c. Deodorant Soap - sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk
menghilang aroma tak sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan digunakan untuk
kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat menyebabkan
kulit teriritasi.
d. Acne Soap - Sabun ini dikhususkan untuk membunuh
bakteri-bakteri pada jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit
kering. Bila pemakaiannya
dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain maka kulit akan sangat
teriritasi, sehingga akan lebih baik jika Anda memberi pelembab atau clarning
lotion setelah menggunakan Acne Soap.
e. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser - biasanya dijual di
gerai-gerai kecantikan. Harganya jauh lebih mahal dari sabun-sabun biasa karena
di dalamnya terdapat formula khusus seperti pemutih. Cosmetic soap
biasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil tertentu, seperti pada whitening
facial soap dan firming facial soap.
f. Superfatted Soap - memiliki kandungan minyak dan lemak lebih
banyak sehingga membuat terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok
digunakan untuk kulit kering karena dalamnya terdapat kandungan gliserin,
petroleurn dan beeswax yang dapat melindungi mencegah kulit dan iritasi
dan jerawat.
g. Oatmeal Soap - dan hasil penelitian, gandum mempunyai
kandungan anti iritasi. Dibandingkan sabun lain, sabun gandum ini lebih baik
dalam menyerap minyak menghaluskan kulit kering dan sensitif.
h. ‘Natural’ Soap - sabun alami ini memiliki formula yang sangat
lengkap seperti vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe
vera dan essential oil. Cocok untuk semua jenis kulit dan
kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil (Anonim, 2007).
2. Jenis- jenis deterjen
a) Berdasarkan Bentuk Fisiknya
Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen
dibedakan atas:
1)
Deterjen Cair
Secara umum, deterjen cair hamper sama
dengan deterjen bubuk. Hal yang membedakan hanyalah bentuknya: bubuk dan cair.
Produk ini banyak digunakan di laundry modern menggunakan mesin cuci
kapasitas besar dengan teknologi yang canggih.
2)
Deterjen Krim
Deterjen krim bentuknya hampir sama dengan
sabun colek, tetapi kandungan formula keduanya berbeda. Di luar negeri, produk
biasnaya tidaka dijual dalam partai kecil, tetapi dijual dalam partai besar
(kemasan 25 kg).
3)
Deterjen bubuk
Bila
dicermati berbagai iklan deterjen bubuk di televisi maka masing-masing produk
deterjenmencoba menjelaskan kepada konsumen tentang keunggulan produknya yang
secara fisikberbeda dengan produk lainnya. Sebagai contoh ada sebuah iklan
deterjen tertentu yang menjelaskan tentang kelebihan produk deterjen dengan
kandungan butiran berbentuk padat (masif) bila dibandingkan dengan deterjen
dengan butiran yang berongga. Namun, diyakini bahwa hanya sedikit orang atau
pemirsa yang dapat memahami esensi dari iklan tersebut.
Berdasarkan
keadaan butirannya, deterjen bubuk dapat dibedakan menjadi 2, yaitu deterjen
bubuk berongga dan deterjen bubuk padat/masif. Perbedaan bentuk butiran kedua
kelompok deterjen tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam proses pembuatannya.
Ditinjau dari efektivitasnya untuk mencuci, kedua bentuk deterjen tersebut
dapat dikatakan sama.
·
Deterjen bubuk berongga
Deterjen
bubuk berongga mempunyai ciri butirannya mempunyai rongga. Butiran deterjen yang berongga dapat dianalogikan
dengan bentuk bola sepak yang didalamnya rongga. Ini berarti butiran deterjen
jenis ini mempunyai volume per satuan berat yang besar karena adanya rongga
tersebut.
Butiran deterjen jenis berongga dihasilkan
oleh proses spray drying. Agak sulit mendapatkan padan kata istilah
tersebut dalam bahasa Indonesia, tetapi pengertiannya yaitu bahwa terbentuknya
butiran berongga karena hasil dari proses pengabutan yang dilanjutkan proses
pengeringan.
Kelebihan deterjen bubuk berongga
dibandingkan dengan deterjen bubuk padat adalah volumenya lebih besar. Dengan
berat yang sama, deterjen bubuk dengan butiran berongga tampak lebih banyak
dibandingkan dengan deterjen padat. Selain kelebihan yang dipunyainya, deterjen
berongga mempunyai kelemahan. Untuk membuat deterjen berongga diperlukan
investasi yang besar karena harga mesin yang digunakan (spray dryer)
sangat mahal, yaitu mencapai nilai miliaran rupiah. Dengan kondisi ini,
pembuatan deterjen berongga tidak dapat diaplikasikan untuk skala dan home
industry (industri rumah tangga), baik skala kecil maupun menengah.Sebagian
besar deterjen bubuk yang dipasarkan ke kondumen termasuk dalam golongan
deterjen bubuk berongga.
·
Deterjen bubuk padat/masif
Bentuk
butiran deterjen bubuk padat/masif dapat dianalogikan degan bola tolak peluru,
yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga.
Butiran deterjen yang padat merupakan hasil olahan proses pencampuran kering (dry
mixing). Proses dry mixing dapat dibagi menjadi dua, yaitu dry
mixing granulation (DMG process) dan simple dry mixing
(metode campur kering sederhana = CKS). Metode CKS termasuk cara pembuatan deterjen bubuk yang mudah dipraktekkan.
Untuk itu, dalam makalah ini hanya akan dibahas cara pembuatan deterjen bubuk
padat dengan metode CKS ini. Cara pembuatan deterjen dengan metode spray
drying dan dry mixing granulation tidak dibahas dalam makalah ini
karena prosesnya termasuk kompleks dan dari segi bisnis tergolong proyek padat
modal (memerlukan biaya investasi yang besar. Hal ini tentunya tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan penulisan buku ini.
Kelebihan deterjen bubuk padat, yaitu
untuk membuatnya tidak diperlukan modal besar karena alatnya termasuk sederhana
dan berharga murah. Kekurangannya adalah karena bentuknya padat maka volumenya
tidak besar sehingga jumlahnya terlihat sedikit.
c) Penggolongan
Deterjen Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya
Berdasarkan ion yang dikandungnya,
deterjen dibedakan atas :
1)
Cationic detergents
Deterjen
yang memiliki kutub positif disebut sebagai cationic detergents. Sebagai
tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat
antikuman yang membuat mereka banyak digunakan di rumah sakit. Kebanyakan
deterjen jenis ini adalah turunan dari ammonia.
2)
Neutral atau Non-Ionic Detergents
Nonionic
detergen banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena deterjen
jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, deterjen jenis ini tidak
bereaksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Nonionic detergents kurang
mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic detergents.
3)
Anionic detergents
Deterjen jenis ini adalah merupakan
deterjen yang memiliki gugus ion negatif.
Trimakasih sudah berbagi mengenai info sabun | salam kenal dan sukses selalu
BalasHapusMantap infonya....
BalasHapusCara Mengatasi Jerawat Di Wajah
Obat Diabetes
Obat Batuk Menahun
penjelasannya lengkap sekali makasih yah kak
BalasHapustolak angin anak
Matur suksma
BalasHapusCan you win real money betting on Baccarat? - Worrione
BalasHapusWhat is 바카라 사이트 the most common bet type of baccarat? Baccarat is played at the table (the game is called choegocasino a straight 바카라 bet); it's the game of chance or